Rabu, 23 November 2016

3. Komunikasi Digital



3.1. Definisi Komunikasi Digital

Teknologi telekomunikasi  atau biasa juga disebut telekomunikasi adalah teknologi yang berhubungan dengan komunikasi jarak jauh. Teknologi inilah yang memungkinkan seseorang dapat mengirimkan informasi atau menerima informasi ke atau dari pihak lain yang letaknya berjauhan. Teknologi ini membuat jarak seperti tidak ada. Ratusan atau bahkan ribuan kilometer bukanlah menjadi hambatan untuk berkomunikasi secara online karena kehadirannya.
Teknologi komunikasi digital adalah teknologi yang berbasis sinyal elektrik komputer, sinyalnya bersifat terputus-putus dan menggunakan sistem bilangan biner. Bilangan biner tersebut akan membentuk kode-kode yang merepresentasikan suatu informasi tertentu. Setelah melalui proses digitalisasi informasi yang masuk akan berubah menjadi serangkaian bilangan biner yang membentuk informasi dalam wujud kode digital. Kode digital tersebut nantinya akan mampu dimanipulasi oleh komputer. Contohnya adalah gambar kamera video yang telah diubah menjadi bentuk digital. Bentuk digital tersebut mewakili element gambar (pixel). Elemen gambar tersebut dapat dimanipulasi oleh komputer. Sehingga kita dapat menciptakan efek tertentu pada gambar serta dapat juga memperbaiki kualitas gambar yang dianggap kurang baik. Bentuk manipulasinya bisa berupa penambahan intensitas cahaya pada gambar, sehingga gambar yang ada menjadi lebih terang atau gelap, meningkatkan ketajaman gambar yang kurang fokus, serta memperbaiki warna pada bagian tertentu dari gambar.


3.2. Mekanisme Kerja Komunikasi Digital



Modulasi merupakan perubahan parameter dari sinyal carrier menjadi sinyal
informasi. Modulasi adalah pengaturan parameter dari sinyal pembawa (carrier) yang
berfrekuensi tinggi sesuai sinyal informasi (pemodulasi) yang frekuensinya lebih
rendah, sehingga informasi tadi dapat disampaikan. Proses modulasi membutuhkan
dua buah sinyal yaitu sinyal pemodulasi yang berupa dinyal informasi yang dikirim,
dan sinyal carrier dimana sinyal informasi tersebut ditumpangkan. Tujuan
dilakukannya proses modulasi antara lain :
1. untuk memudahkan proses radiasi
a. Pada kanal komunikasi berupa udara, diperlukan antena untuk proses
pemancaran/radiasi dan penerimaan sinyal.
b. Dimensi antena adalah berbanding terbalik dengan frekwensi sinyal yang
dipancarkan/diterimanya.
2. untuk memungkinkan multiplexing jika sebuah media transmisi dapat digunakan
oleh beberapa kanal, maka modulasi dapat digunakan untuk menempatkan masing-
masing kanal pada wilayah spektrum frekwensi yang berbeda. Contohnya : teknik
fdm pada system telepon. Informasi yang akan disampaikan berbentuk sinyal digital, yaitu pulsa yang
menyatakan nilai 1 & 0. Sinyal digital ini tidak dapat ditransmisikan begitu saja
menggunakan radio,karena bandwidth (lebar pita) yang dipakai oleh sinyal digital
terlalu lebar.Sinyal ini harus dimodifikasi agar ia dapat ditrasmisikan. Modifikasi
terhadap sinyal ini dinamakan modulasi.
Dalam mentransmisikan data dari sumber ke tujuan, satu hal yang harus
dihubungkan dengan sifat data, arti fisik yang hakiki di pergunakan untuk
menyebarkan data. 
 
3.3. Dampak Positif dan Negatif Komunikasi Digital
 dampak positif yang bisa di dapat adalah :
  • Sebagai media penyebaran informasi
Informasi yang up to date sangat mudah menyebar melalui situs jejaring sosial. Hanya dalam tempo beberapa menit setelah kejadian, kita telah bisa menikmati informasi tersebut. Ini sangatlah bermanfaat bagi kita sebagai manusia yang hidup di era digital seperti sekarang ini. Cakrawala dunia serasa berada dalam sentuhan jari kita.
  • Sebagai sarana untuk mengembangkan keterampilan dan sosial
Mengasah keterampilan teknis dan sosial merupakan kebutuhan yang wajib dipenuhi agar bisa bertahan hidup dan berada dalam neraca persaingan diera modern seperti sekarang ini. Hal ini sangatlah penting, tidak ada batasan usia, semua orang butuh untuk berkembang.
  • Memperluas jaringan pertemanan
Dengan menggunakan jejaring sosial, kita bisa berkomunikasi dengan siapa saja, bahkan dengan orang yang belum kita kenal sekalipun dari berbagai penjuru dunia. Kelebihan ini bisa kita manfaatkan untuk menambah wawasan, bertukar pikiran, saling mengenal budaya dan ciri khas daerah masing-masing, dll. Hal ini dapat pula mengasah kemampuan berbahasa seseorang. Misalnya, belajar bahasa inggris dengan memanfaatkan fasilitas call atau video call yang disediakan di situs jejaring sosial.
Beberapa dampak positif dari media sosial tersebut sangatlah berguna bagi kehidupan di masa sekarang. Dimana media sosial yang sudah ada sangat bisa di kembangkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing dan sangat berguna apabila digunakan sebagai mestinya dan tidak melakukan pelanggaran yang dapat merugikan orang lain.
Namun dengan adanya media sosial tidak hanya menimbulkan dampak positif bagi kehidupan sosial masyarakat. Perkembangan tersebut juga mempunyai dampak negatif diantaranya :
  • Kejahatan dunia maya (cyber crime)
Seiring berkembangnya teknologi, berkembang pula kejahatan. Didunia internet, kejahatan dikenal dengan nama cyber crime. Kejahatan dunia maya sangatlah beragam. Diantaranya, carding, hacking, cracking, phising, dan spamming.
  • Melemahkan dan menurunkan sensitifitas
Penurunan sensitifitas yang dimaksud disini adalah menurunnya tingkat simpati dan empati seseorang terhadap dunia nyata. Dengan jejaring sosial, seseorang cenderung melupakan dunia nyata dan tenggelam didalam dunia maya. Merenggangkan dan mengabaikan sesuatu yang terjadi disekitarnya dan lebih memilih untuk memperhatikan sesuatu yang terjadi didunia maya.
Contoh kasus yang relevan yang bisa kita lihat pada saat sekarang ini terhadap penggunaan media massa adalah dengan adanya media sosial yang sangat berkembang dengan segala macam jenisnya ini, membuat yang jauh menjadi dekat dan yang dekat menjadi jauh. Hal ini bisa terlihat ketika orang menggunakan media sosial sering terlihat aneh, contohnya, seseorang sedang twitteran dengan temannya dan berbincang-bincang di twitter, padahal mereka duduk bersebalahan, mereka lebih memilih berbincang-bincang di twitter daripada berbicara langsung dengan alasan biar terlihat lebih eksis dan memperbanyak jumlah tweet mereka masing-masing. Contoh kasus seperti ini merupakan kemajuan teknologi yang mengakibatkan perubahan komunikasi manusia membentuk eksistensi kehidupan manusia.
Beberapa hal yang telah diuraikan di atas merupakan hal-hal yang bisa kita telaah dengan baik dan dipilah mana yang baik sesuai dengan kehidupan di masyarakat. Media sosial yang telah ada dan berkembang pesat pada saat sekarang ini dapat digunakan dengan baik dan dapat menguntungkan diri sendiri dan orang lain. Namun akan menjadi bahaya terhadap diri sendiri dan orang lai apabila tidak kita gunakan sebagai mana mestinya. Alangkah lebih baik kita menggunakan media sosial dengan baik dan berguna bagi diri sendiri dan orang lain dan menjadi pengguna kemajuan teknologi yang baik.
https://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_komunikasi_digital
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26040/3/Chapter%20II.pdf


Selasa, 08 November 2016

2.2. Digital Sinema


2.2. Produksi Film Digital


    Sampai saat ini, proses pembuatan film yang sebenarnya dari sebuah produksi film telah menggunakan 35mm atau 70mm roll film kamera yang menggunakan tabung-tabung seluloid. Gambar kualitas yang dihasilkan oleh kamera digital dirasakan secara signifikan lebih rendah dari film, dan sementara rekaman film semakin dimotori oleh komputer untuk pasca-produksi manipulasi, proses produksi itu sendiri tetap berbasis seluloid.

   Dalam teori, Digital Cinema dimulai pada akhir tahun 1980-an, ketika Sony datang dengan konsep pemasaran 'sinematografi elektronik'. Tetapi, inisiatif ini gagal. Pada akhir tahun 1990-an, dengan pengenalan perekam HDCAM dan penggantian nama dari proses 'sinematografi digital' pembuatan film menggunakan kamera digital dan peralatan terkait akhirnya mulai berjalan.
    George Lucas berperan penting dalam melahirkan pergeseran ini, ketika pada tahun 2001 dia shooting 'Attack dari Klon' episode Star Wars digital, menggunakan Sony HDW-F900 HDCAM yang dilengkapi dengan lensa Panavision camcorder high-end. Ini sebenarnya adalah shooting pertama dengan kamera Sony. Sementara mampu shooting dengan gambar standar Amerika konvensional 30-frame/second interlaced, kamera ini juga bisa men-shoot 24-frames/second, standar untuk film, dan juga video progresif, video terdiri dari bingkai lengkap.

   High-end kamera menggunakan sensor tunggal yang merupakan ukuran yang sama seperti film 35mm frame, dan memungkinkan kedalaman dangkal sama lapangan seperti kamera film konvensional. Selain itu, pengambilan gambar dalam format HDTV progresif memberikan ukuran gambar berukuran 720x1080 pixel. Hasilnya adalah 'filmis' dibandingkan dengan sebuah 'televisual' . Pada pertengahan 1990-an, Sony dengan kamera format DCR-VX1000 MiniDV menjanjikan kualitas gambar seperti itu, sementara masih tidak sebagus film, cukup baik untuk low-budget bagi pembuat film untuk memulai syuting fitur mereka secara digital dan editing mereka di program desktop yang relatif murah dalam perangkat lunak. Kamera high-end menggunakan ukuran yang minimal atau kompresi yang tidak melalui proses untuk mengurangi ukuran file, sedangkan sistem biasanya MiniDV menggunakan tingkat kompresi yang tinggi, untuk mengurangi kualitas gambar demi kepentingan penyimpanan ukuran.

    Karena jangkauan dinamis yang lebih rendah dari kamera digital, maka koreksinya buruk dan lebih sulit untuk tampil di pasca-produksi. Solusi parsial untuk masalah ini adalah penambahan video-kompleks untuk membantu teknologi selama proses syuting. Ini mungkin 'hanya' terdiri dari monitor video high-kinerja yang memungkinkan sinematografer untuk melihat apa yang sedang direkam dan untuk membuat penyesuaian yang diperlukan. Peningkatan penggunaan teknologi digital dan proses dalam produksi film fitur juga mempengaruhi logistik produksi film, memungkinkan lokasi yang sepenuhnya digantikan oleh digital yang dibuat. Singkatnya, hanya bisa menambah suatu ruang nyata, dimana benda kecil atau bagian dari sebuah adegan digital yang ditambahkan ke rekaman asli. Pandangan lebih luasnya, digital dibuat dapat secara substansial yang ditambahkan ke ruang 3-D yang nyata, seperti yang terjadi dengan adegan Coliseum dalam Gladiator (Scott 2000). Sejauh ini, gambar digital dapat membentuk penggantian diegesis dunia nyata dengan menciptakan sesuatu yang berbau digital, seperti di Sky Kapten dan tomorrow world (Conran 2004) di mana para aktor yang hanya non-digital dibuat suatu unsur dalam film.

    Sebuah keuntungan lebih lanjut dari penciptaan digital set dan lokasi, terutama yang di usia meningkatkan serials film, sekuel dan waralaba, adalah bahwa set virtual, sekali dibuat dalam komputer dan disimpan sebagai data, dapat dengan mudah diregenerasi untuk produksi film masa depan, membuat sekuel waralaba menguntungkan dan lebih mudah untuk membentuk dan membuatnya. Skala ekonomi dalam proses digital itu digunakan untuk mengimbangi biaya produksi film modern. Yang menarik adalah bahwa penggantian virtual tempat lokasi nyata mengalami peningkatan pada produksi sekarang yang dikenal bernilai mahal.

    Digital Cinema merujuk pada penggunaan teknologi digital untuk mendistribusikan dan menayangkan gambar bergerak. Sebuah film dapat didistribusikan lewat perangkat keras, piringan optik atau satelit serta ditayangkan menggunakan proyektor digital alih-alih proyektor film konvensional. Digital Cinema berbeda dari HDTV atau televisi high definition. Digital Cinema tidak bergantung pada penggunaan televisi atau standar HDTV, aspek rasio atau peringkat bingkai. Proyektor digital yang memiliki resolusi 2K mulai disebarkan pada tahun 2005, dan sejak tahun 2006 jangkauannya telah diakselerasi.

    Digital Cinema dapat dibuat dengan media video yang untuk penayangannya dilakukan transfer dari format 35 milimeter (mm) ke format high definition (HD). Proses transfer ke format HD melalui proses cetak yang disebut dengan proses blow up. Setelah menjadi format HD, penayangan film dilakukan dari satu tempat saja, dan dioperasikan ke bioskop lain dengan menggunakan satelit, sehingga tidak perlu dilakukan salinan film. Contohnya, dari satu bioskop di Jakarta, film dapat dioperasikan atau diputar ke bioskop-bioskop di daerah melalui satelit.


2.2. b. Keunggulan dan Keindahan Film Digital
      
         1. Lebih Komprehensif
       Perbedaan paling utama dan mendasar adalah kemampuan media digital dalam melaporkan peristiwa dengan lebih komprehensif pada pembaca/audiens. Sebuah berita di era digital tak hanya terdiri dari teks dan foto, tapi juga tautan ke semua peristiwa sebelumnya yang mengawali momen termutakhir dari berita bersangkutan.
Dengan satu klik, pembaca bisa dibawa ke harta karun informasi digital yang bisa menjelaskan sejarah, kronologi dan konteks dari peristiwa yang tengah diberitakan. Peranan ini tentu saja tidak dimiliki oleh media cetak.
2. Lebih Otentik
Berita digital juga berpotensi lebih otentik, karena bisa menampilkan realitas secara lebih utuh. Bisa ada video di halaman yang sama dengan teks dan foto, sesuatu yang jelas menambah kredibilitas dan akurasi dari informasi yang dimuat di sana.
Misalnya, saat seorang anggota DPR dituduh mencaci maki seseorang, media digital bisa menampilkan video atau audio ketika sang politikus beraksi. Politikus itu tak bisa berkilah kalau omongannya diplintir, atau wartawan memfitnah dirinya, kalau rekaman audio atau video ketika dia mencacimaki lawan politiknya bisa ditampilkan bersama berita.
Lihat saja kasus #papamintasaham. Peristiwa itu akan jauh berkurang daya ledaknya, jika tak ada rekaman audio yang beredar luas di media sosial.
3. Big Data
Media digital yang belum banyak digali adalah kemampuannya menampilkan big data atau data besar. Semua angka-angka hasil survei kesehatan, survei demografi, sensus, angka-angka hasil pemantauan bertahun-tahun, kini sudah banyak tersedia sebagai data digital terbuka (open data) dan dengan mudah dapat diakses di internet.
Ada portal data.go.id yang menampilkan seabreg data pemerintah dari hampir semua kementerian. Di Jakarta, sudah ada portal serupa.
Jika dulu suratkabar atau majalah hanya bisa memuat satu dua paragraf temuan berbagai survei itu dan melengkapinya dengan wawancara dengan pakar untuk menafsirkan data, kini data mentah itu bisa ditampilkan dengan utuh di laman media digital, dengan visualisasi yang menarik dan mengundang rasa ingin tahu pembaca.
Jurnalisme data akan menjadi tulang punggung utama jurnalisme di era digital, karena teknik ini memungkinkan publik mengakses data mentah dengan utuh, tanpa perantara dari pakar, pemerintah atau pengamat.
Untuk itu, jurnalis harus belajar dan berusaha keras mencari semua data-data yang relevan buat publik, membersihkannya dan menganalisanya, untuk kemudian ditampilkan dengan visualisasi yang mudah dipahami audiens.
Hal itu sangat penting agar data tak berhenti sebatas angka, namun bisa jadi pengetahuan yang berguna.
4. Interaksi Langsung
Yang satu ini menjadi kemampuan media digital yang tidak ditemukan di media cetak manapun, yakni kemampuannya untuk terhubung langsung dengan pembaca. Relasi atau engagement antara media, jurnalis dan pembaca kini memasuki era baru.
Pembaca kini adalah bagian dari redaksi, bagian dari newsroom di era digital. Mereka bisa memberikan tips, bocoran, saran, komentar, secara real time, pada redaksi. Aturan baku di media sosial adalah: selalu ada yang lebih tahu dari Anda di luar sana.
Pola diseminasi informasi di era digital kini multi arah, tak lagi hanya searah dari ruang redaksi yang “maha tahu” ke lautan pembaca yang perlu “diberi tahu”. Media massa kini adalah bagian dari percakapan publik, dimana produksi informasi tak lagi dimonopoli jurnalis.
Apa artinya? Ini kesempatan besar untuk jurnalisme menjadi lebih relevan. Bukankah jurnalisme pada dasarnya adalah upaya untuk menyediakan informasi yang penting dan berguna buat publik sehingga publik bisa mengatur dirinya sendiri dengan lebih baik?
Jika khalayak ramai bisa langsung berkomunikasi dengan media dan menyampaikan apa saja yang mereka anggap penting, bukankah itu akan membuat redaksi dan jurnalis bisa bekerja lebih baik?
Jika dulu sama sekali tidak ada percakapan antara wartawan dan pembaca, kini publik dan media bisa bersama-sama merumuskan agenda pemberitaan, memfokuskan perhatian pada lembaga-lembaga yang memang perlu disorot karena dampaknya yang besar untuk kehidupan orang banyak.




2.2.c. Distribusi dan Pertunjukkan Film Digital

     Selama semester pertama 2012 tercatat 46 film Indonesia beredar di bioskop dengan 7.952.203 penonton. Tahun 2008 infrastruktur distribusi relatif sama dengan saat ini.

Penyebab anjloknya jumlah penonton pada 1990 dibanding 2012 sudah jelas, yaitu karena sebagian besar bioskop “tradisional” dengan satu layar yang tersebar di berbagai pelosok nusantara gulung tikar, dan sebaliknya bertumbuhan sinepleks mewah dengan beberapa layar. Hampir semua sinepleks milik jaringan 21/XXI, yang ditopang jaringan importir milik sendiri, serta berada di mal-mal seputar Jabodetabek dan kota-kota besar. Jadi praktis sebagian besar penduduk Indonesia telah kehilangan akses menonton film di bioskop.

Saat ini ada 152 sinepleks dengan 672 layar, yang berarti bertambah banyak dibanding setahun lalu (139 sinepleks dengan 619 layar). Meskipun begitu, masa tayang film Indonesia justru menjadi semakin singkat, dari rata-rata delapan minggu tahun lalu menjadi rata-rata enam minggu. Hal itu disebabkan film impor yang beredar semakin banyak, bukan hanya jumlah judulnya tetapi juga banyaknya layar menayangkan. Film-film besar Hollywood—kini diimpor PT Omega Film yang masih berkaitan dengan importir lama milik jaringan 21/XXI yang dilarang beroperasi oleh menteri Keuangan tahun lalu (PT Camila Internusa dan PT Satrya Perkasa Esthetika)—bisa diputar serentak di lebih dari 150 atau bahkan hampir 200 layar. Yang kemudian dikorbankan alias terpaksa dikurangi jumlah layarnya karena outlet yang tersedia sangat terbatas umumnya film Indonesia.

Berkurangnya masa tayang dan semakin sedikitnya layar yang menayangkan film Indonesia dalam satu periode berarti mengurangi kesempatan masyarakat menonton. Sayangnya, beberapa produser yang mengeluh film-filmnya kehilangan banyak layar akibat serbuan film-film impor baru tidak bersedia dikutip keterangannya karena alasan yang masuk akal.

Dari kesimpulan di atas saya bisa merangkum pendistribusian film digital di indonesia sudah cukup baik namun memang dari tahun 1990 sampai 2012 penonton selalu menurun akan tetapi saat ini film digital indonesia sudah mulai bisa merajai pasar di negri sendiri terbukti dengan beberapa film ditahun 2015 sampai saat ini banyak film yang memiliki penonton lebih dari satu juta penonton. Dan itupun kembali lagi pada di lingkungan eksternal yang seperti apa film itu didistribusikan, dan jenis film apa yang yang ingin di distribusikan. Karna beda tempat dan jenis ,beda pula cara pendistribusiannya. Misalkan pada film genre comedy bertipe film mainstream. Film ini akan lebih banyak peminat nya jika kita distribusikan kepada kalangan anakanak dan ke kalangan pecinta komedi dibandingkan kita distribusikan ke kalangan orang dewasa atau pecinta film indie.




Daftar Pustaka

KOMPUTASI SEBAGAI EDUKASI BERKELANJUTAN

Nama: Nadya Pramesti Kelas: 4IA13 NPM: 54415945             Pengetahuan tentang komputasi memegang peranan penting dalam memperm...